Minggu, 03 Mei 2009

Disfungsi ereksi pada pekerja

Disfungsi ereksi seringkali dialami oleh para pekerja laki-laki, terutama pada para pekerja "at the tidak office", hal ini dialami oleh banyak pekerja dengan gaya hidup yang tidak sehat, makanan yang sering mengkonsumsi "junk food", kurangnya istirahat dari 7 jam/hari karena kesibukan bekerja, depresi akibat pekerjaan yang menuntut deadline cepat
Disfungsi ereksi sendiri adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seks yang memuaskan. bentuk penis yang baik saat ereksi adalah menyerupai buah timun, dengan penis keras seluruhnya dan tegang seluruhnya. lembeknya alat vital kaum pria yang menyerupai sosis, pisang atau tape adalah skala ukuran bahwa penis mengalami disfungsi ereksi.
Pola dasar bagi pekerja seperti, makan-makanan yang sehat, tidur yang cukup, serta olahraga yang teratur dapat membantu pekerja dalam keharmonisan rumah tangga nya. konsultasi kepada dokter atau pun psikiater tentunya dapat membantu untuk mengetahui tingkat kesakitan dari disfungsi ereksi. selengkapnya...

Jumat, 17 April 2009

Dasar-dasar Metode Penelitian

Pengertian Metodologi Penelitian:

Ilmu : Suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi

Penelitian : Suatu penyelidikan yang hati-hati serta teratur dan terus menerus

untuk memecahkan suatu masalah.

Hubungan Ilmu dan Penelitian:

Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.

Kebenaran : Umumnya suatu kebenaran ilmiah dapat diterima karena ada 3 alasan:

1. Adanya koheran/Konsisten : Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheran/konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Mis. Ayam akan mati.

2. Adanya koresponden: suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai koresponden dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Mis. Ibu kota RI adalah Jakarta.

3. Pragmatis: Pernyataan dipercayai benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu pernyataan atau suatu kesimpulan dianggap benar jika pernyataan tersebut mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.

Kebenaran Non Ilmiah: Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah, kadangkala kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah seperti:

a. Penemuan kebenaran secara kebetulan

b. Penemuan kebenaran secara akal sehat

c. Penemuan kebenaran melalui wahyu

d. Penemuan kebenaran secara intuitif

e. Penemuan kebenaran secara trial dan error

f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi

g. Penemuan kebenaran karena kewibawaan




Rummel menggolong –golongkan taraf-taraf perkembangan metodologi Research dalam 4 periode antara lain:

1. Periode Trial and Error : orang berusaha mencoba dan mencoba lagi sampai diperoleh suatu pemecahan yang memuaskan.

2. Periode Authority and tradition: Pendapat para pemimpin dijadikan doktrin yang harus diikuti tanpa sesuatu kritik, the master always says the truth, meskipun belum tentu pendapat itu benar.

3. Periode Speculation and Argumentation. Diskusi dan debat diadakan untuk mencari akal dan ketangkasan. Benar kalau dapat diterima oleh akal.

4. Periode Hypothesis and Experimentation: Semua peristiwa dalam alam ini dikuasai oleh tata-tata dan mengikuti pola-pola tertentu. Orang berusaha mencari rangkaian tata untuk menerangkan sesuatu kejadian.

Bagi Penyelidik diperlukan syarat-syarat sbb:

a. Kompoten, secara teknis menguasai dan mampu menyelenggarakan riset ilmiah

b. Objektif, tidak mencapur adukkan pendapat sendiri dengan kenyataan.

c. Jujur, tidak memasukkan keinginan-keinginan sendiri kedalam fakta

d. Factual, hanya bekerja jika ada fakta

e. Terbuka, bersedia memberikan bukti atau memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menguji kebenaran proses dan atau hasil peneyelidikannya.
Tugas Ilmu Pengetahuan

Pertama: adalah dorongan ingin tahu (curiosity) yang dimiliki oleh semua manusia normal

Kedua adalah keinginan praktis dari pengetahuan yang diperoleh dari perenungan dan

penyelidikan-penyelidikan

Dalam terminology ilmiah tugas-tugas ilmu pengetahuan sbb:

1. Tugas Exsplantif/tugas mengadakan Explanation (tugas menerangkan gejala-gejala alam).

Tujuan pokok dari penyelidikan-penyelidikan ilmiah tidak semata-mata untuk melukiskan (menggandakan deskripsi) gejala-gejala melainkan juga menyediakan keterangan-keterangan tentang gejala-gejala itu.

2. Tugas Prediktif/tugas mengadakan prediction (tugas meramal kejadian-kejadian alam dimasa depan)

3. Tugas Kontrol atau tugas mengadakan Kontrol (Tugas mengendalikan peristiwa-peristiwa

yang bakal datang) Ilmu pengetahuan tidak hanya bertugas membeberkan kejadian-kejadian

dan menyediakan hokum atau dalil untuk meramalkan kejadian-kejadian dimasa depan, tetapi

juga bertugas mengontrol kejadian-kejadian yang makin banyak jumlahnya, yang dimaksud

dengan mengontrol atau mengendalikan adalah mempermainkan kondisi-kondisi untuk

menimbulkan kejadian-kejadian yang diinginkan.

Jenis-Jenis Penelitian:

1. Penggolongan menurut bidangnya : Riset Ekonomi, Riset Teknik

2. Penggolongan menurut tempatnya: Riset Kepustakaan

3. Penggolongan menurut pemakaiannya

J Pure Research/Basic Research adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas. Hasil dari pengetahuan murni adalah pengetahuan umum dan pengertian tentang alam serta hokum-hukumnya.

J Applied Research/Protical Research adalah penyeledikian yang hati-hati, sistematis dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu.

4. Penggolongan menurut tujuan umumnya Research Exploratif, Research Developmental dan Research Veririkatif.

5. Penggolongan menurut tarafnya: Research Deskriptif dan Research Inferensial.

J Research Deskriptif, dimana pada taraf ini orang hanya semata-mata melukiskan keadaan objek, atau peristiwa tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum.

J Research Inferensial, diamana pada taraf ini orang tidak hanya berhenti pada taraf melukiskan melainkan dengan keyakinan tertentu mengambil kesimpulan-kesimpulan umum dari bahan-bahan tentang objek persoalannya.
selengkapnya...

Kamis, 16 April 2009

Flu singapura

Saat ini para orang tua sangat khawatir terhadap berita mengenai virus flu singapura yang menyerang pada usia balita dan anak-anak, virus flu ini pertama kali menyerang banyak anak2 di singapura pada dekade tahun 60an, sehingga virus flu ini disebut flu singapura. Pemajanan flu singapura dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua dikarenakan penularannya terhadap anak2 dan teman bermainnya.

Efek pemajanan flu singapura terjadi dalam waktu singkat (akut), dapat dikenali pertama-tama oleh gejalanya klinisnya yang khas, demam tinggi disertai dengan pilek atau batuk, yang kadang disertai dengan gejala sariawan di sekitar mulut yang menyebabkan anak2 kesulitan dalam mengkonsumsi makanan, pusing, gejala-gejala iritasi pada kulit, seperti becak merah pada ujung kaki dan telapak tangan, lemah dan lesu.

Penatalaksanaan terhadap penderita hanya bersifat simptomatik, karena sifatnya yang berbentuk virus, asupan gizi yang baik dapat membantu perbaikan keadaan penderita.

Hanya riwayat yang jelas dan prosedur investigasi yang memadai bagi seorang dokter agar mampu menyingkirkan atau mengkonfirmasi adanya kaitan antara tanda klinis dengan pajanan flu singapura.

selengkapnya...

Dampak pajanan benzena terhadap kesehatan pekerja

Badan pelayanan kesehatan dan manusia Amerika Serikat mengelompokan benzena sebagai zat karsinogen bagi manusia. Pajanan benzena di udara dalam jangka lama dapat menimbulkan leukemia yang dapat berupa leukemia mielositik akut dan leukemia non limfositik akut.

Gejala dan tanda

Efek pemajanan benzena dengan konsentrasi yang besar dalam waktu singkat ( akut), dapat dikenali pertama-tama oleh baunya, kemudian dapat terasa sesak napas, cepat marah, eforia, pusing, gejala-gejala iritasi pada mata, hidung dan saluran napas, dapat juga terasa sakit kepala, pusing berputar, mual, atau tanda-tanda intoksikasi. Pemajanan yang sangat besar dapat menimbulkan kejang-kejang dan kehilangan kesadaran. Makan atau minum makanan yang mengandung kadar benzena yang tinggi, dapat menimbulkan muntah, iritasi lambung, rasa mengantuk, pusing, berdebar-debar hingga kematian

Pemajanan benzena kronis yang berulang dan lama meskipun dalam konsentrasi yang rendah, dapat menimbulkan bermacam kelainan darah yang bervariasi dari anemia hingga leukemia, penyakit yang ireversibel dan fatal.

Benzena bersifat mengiritasi kulit. Kontak langsung dengan kulit dapat menimbulkan eritema. Kontak berulang dan menahun dapat menimbulkan dermatitis yang kering dan berskuama atau terjadinya infeksi kulit sekunder.

Tanda-tanda patognomonik :

Tanda dan gejala toksisitas benzena dapat tidak spesifik. Hanya riwayat yang jelas dan prosedur investigasi yang memadai bagi seorang dokter agar mampu menyingkirkan atau mengkonfirmasi adanya kaitan antara tanda klinis dengan pajanan benzena di tempat kerja. Sebagai alat bantu seorang dokter mengacu pada uji laboratorium yang diperlukan serta rujukan kepada dokter spesialis

Dalam kaitan penggunaan benzena sebagai pelarut, sebagian besar pelarut dapat menjalani biotransformasi dan dapat meningkatkan aktivitas isozim sitokrom P-450. karena pelarut sering berada dalam campuran ( penggunaan beberapa pelarut dalam satu campuran ), interaksi antara zat-zat kimia tersebut mungkin dapat terjadi. Sebagai contoh benzena dapat meningkatkan efek toksik zat lain dengan meningkatkan bioaktivasinya. Di lain pihak, toksisitas dapat juga berkurang pada campuran tertentu. Contohnya, toluena dapat mengurangi toksisitas dengan cara bersaing dengan benzena menghambat sistem enzim bioaktivasi.

Monitoring pajanan dan medis

Hal ini diperlukan untuk mendeteksi perubahan yang signifikan terhadap kesehatan pekerja dan tingkat pajanan di tempat kerja.

Evaluasi pajanan secara berkala

Hal ini tidak dibutuhkan jika setelah hasil monitoring pajanan sesuai dengan evaluasi pajanan dimana di bawah tingkat aksi (AL) dan batas pajanan singkat (STEL).

a. Pengambilan sampel dan analisis

Gunakan instrumen yang memadai dan strategi pengambilan sampel yang tepat (lokasi, waktu, durasi, frekuensi dan jumlah sampel).

Menurut OSHA dapat dilakukan pengukuran pajanan benzena di tempat kerja dengan pengumpulan menggunakan tabung sorbent arang teraktivasi, dilakukan desorpsi dengan karbon disulfida (CS2), dianalisa dengan gas kromatografi menggunakan detektor ionisasi sinar (FID). Sedangkan menurut NIOSH, pengumpulan melalui kantung udara, analisa dilakukan dengan gas kromatografi portabel menggunakan detektor fotoionisasi

Instrumentasi pengukuran langsung dengan menggunakan detektor sinar ionisasi, Penganalisa fotoionisasi dan gas kromatografi.

b. Nilai Ambang Batas

Di udara, NAB benzena dalam bentuk uap yang diperbolehkan 1 ppm untuk 8 jam kerja dan batas maksimum pajanan singkat (STEL) adalah 5 ppm untuk tiap periode 15 menit. Sedangkan dalam bentuk pajanan terhadap kulit, NAB yang diperbolehkan yaitu 0,5 ppm (TWA) dan batas maksimum pajanan singkat yaitu 2,5 ppm (STEL). Namun prinsipnya kontrol pajanan serendah mungkin dibawa nilai NAB

Evaluasi medis/kesehatan pekerja

- lakukan follow up pemeriksaan kesehatan terhadap setiap pekerja yang terpajan oleh benzena saat terjadi keadaan gawat darurat/kecelakaan.

- Buat evaluasi medis terhadap pekerja dengan pajanan yang beresiko ( pajanan terhadap benzena pada atau di atas tingkat aksi sekurang-kurangnya 30 hari dalam periode 12 bulan, pada atau diatas NAB sekurang-kurangnya 10 hari dalam periode 12 bulan, pajanan terdahulu dengan konsentrasi di atas 10 ppm benzena, pekerjaan sekarang atau terdahulu beresiko dengan pajanan benzena lebih dari 0,1% benzena.

- Pada evaluasi awal, lakukan pengambilan anamnesa yang detil mengenai pajana di tempat kerja sebelumnya terhadap benzena, pajanan mielotoksisitas di luar pekerjaannya yang sekarang, pajanan radiasi ionisasi, riwayat keluarga dengan diskrasia darah, riwayat diskrasia darah termasuk kelainan genetik pada hemoglobin/talasemia, kelainan perdarahan,dan fungsi yang tidak normal dari komponen darah, riwayat gangguan ginjal dan hati serta riwayat penggunaan obat-obatan yang rutin diminum. Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk uji fungsi paru dan evaluasi khusus sistem kardipulmoner jika pekerja memerlukan penggunaan respirator sekurang-kurangnya 30 hari dalam setahun. Selain itu, lakukan hitung sel darah lengkap seperti hitung leukosit dengan hitung jenis, hitung trombosit kuantitatif, hematokrit, hemoglobin hirung eritrosit dan ukurannya (MCV,MCH dan MCHC). Sebagai tes tambahan, pemeriksaan untuk mengetahui perubahan komponen dalam darah.

- Sebagai pemeriksaan tahunan diperlukan update riwayat yang meliputi pajanan baru terhadap racun bagi sumsum tulang, perubahan dalam penggunaan obat-obatan, tanda fisik terkait dengan gangguan darah. Pemeriksaan darah diulang seperti saat awal. Jika hasil hitung darah lengkap normal, tidak diperlukan lebih lanjut evaluasi. Jika ada kelainan pada hitung darah lengkap, ulang pemeriksaan darah dua minggu kemudian. Jika kelainannya masih ada, segera rujuk ke ahli hematologi atai internis untuk follow up.

selengkapnya...

efek benzene pada pekerja

Benzena merupakan salah satu senyawa hidrokarbon aromatik. Zat ini memiliki banyak kegunaan bagi kehidupan manusia terutama bagi sektor industri. Pada tahun 1998, kurang lebih 8 juta ton benzena diproduksi di Amerika Serikat. Penggunaan benzena ini cukup luas pada industri yang meliputi industri karet, penyulingan minyak, pabrik kimia, industri pembuat sepatu, dan industri yang terkait dengan minyak. 1

Namun demikian, benzena juga memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Terutama terhadap para pekerja industri yang menggunakan benzena dalam proses produksinya. NIOSH memperkirakan lebih dari 2 juta pekerja di Amerika Serikat kemungkinan terpajan benzena. Pada pemajanan benzena yang berlebihan dapat memberikan pengaruh yang berupa efek akut maupun kroniknya terhadap berbagai organ. 1

Berdasarkan banyak penelitian yang dilakukan pada hewan dan manusia, terbukti secara signifikan bahwa salah satu efek yang berbahaya bagi kesehatan yaitu efek karsinogen. ACGIH telah mengkategorikan benzena pada grup A1 yang berarti zat ini terbukti sebagai bahan kimia yang bersifat karsinogen.2 Terkait dengan efek ini, pada tahun 1987, di Cina, kurang lebih 237 ribu pekerja pada berbagai industri yang membuat atau menggunakan benzena dapat beresiko pada pajanan yang besar zat karsinogenik ini.1 Sedangkan di Indonesia, belum ditemukan data-data yang pasti mengenai kaitan

Penggunaan benzena yang penting dan secara luas bagi industri namun di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang fatal bagi kesehatan manusia. Di samping itu aspek perlindungan bagi pekerja yang masih kurang karena usaha-usaha dalam pengendalian pajanan benzena di tempat kerja yang masih kurang optimal.

selengkapnya...

Jumat, 10 April 2009

Infetilitas Pria Akibat Kerja (Lanjutan)

Infertilitas dapat dimengerti sebagai ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan keturunan setelah satu tahun menikah dengan hubungan seks yang normal dan tanpa menggunakan metode kontrasepsi apa pun atau setelah enam bulan menikah bila usia istri sudah di atas 35 tahun. Infertilitas pria akibat kerja dapat diartikan sebagai infertilitas yang bersumber dari suami yang didapat karena adanya pajanan dari suatu bahan di lingkungan kerja.

Ada dua tipe infertilitas. Tipe yang pertama (tipe primer) adalah dimana sepasang suami istri belum pernah memiliki satu anak pun dari pernikahannya, sementara yang tipe lainnya (tipe sekunder) adalah bila mana pasangan tersebut sulit memiliki keturunan, namun salahsatu pasangannya pernah memiliki anak.

Berbagai macam kelainan diketahui mulai dari gangguan hormonal sampai masalah fisik hingga masalah psikologis bisa menyebabkan infertilitas pada pria. Meskipun banyak pilihan pengobatan namun kebanyakan kasus tidak dapat diatasi. Kebanyakan kasus, infertilitas pria disebabkan oleh kerusakan testis yang berujung pada ketidakmampuan testis untuk memproduksi sperma. Sekali rusak, testis tidak akan dapat mengembalikan kemampuannya untuk memproduksi sperma

Selain pengobatan dengan medikamentosa yang sering menemui kegagalan, banyak pula pengobatan lain yang berhasil. Kerusakan testis bukan satu-satunya penyebab utama dari infertilitas pria, rendahnya jumlah produksi sperma dan buruknya kualitas sperma juga memiliki peranan.

Secara umum, kesuburan mencerminkan status kesehatan seseorang secara umum. Orang yang bergaya hidup sehat lebih memiliki produksi sperma yang sehat. Daftar berikut ini menyoroti beberapa gaya hidup yang berimbas negatif terhadap kesuburan pria, yaitu:

· Merokok – secara signifikan menurunkan jumlah sperma dan motilitas sperma

· Penggunaan marijuana yang berkepanjangan

· Peminum alkohol kronis

· Penggunaan steroid anabolikum

· Olahraga yang berlebihan – menghasilkan hormon adrenalin yang berlebihan yang menyebabkan defisiensi testosteron yang berujung pada infertiliti.

· Pasokan vitamin C dan Zinc yang tidak adekuat

· Pakaian dalam yang ketat - meningkatkan suhu skrotum

· Terpajan dengan hazard dan toksin lingkungan seperti pestisida, timah hitam, cat, radiasi, zat-zat radioaktif, merkuri, benzene, boron dan logam berat.

· Malnutrisi dan anemia

· Stress berat

Dengan memodifikasi gaya hidup dan kebiasaan dapat meningkatkan status kesuburan seseorang.

Sedangkan penyebab infertilitas akibat kerja secara khusus digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Tabel Pajanan di Tempat Kerja dan Efek yang Mungkin Ditimbulkan

PAJANAN

EFEK YANG MUNGKIN TIMBUL

Panas

Berkurangnya jumlah sperma, motiliti dan perubahan morfologi

Radiasi Pengion

Azoospermia

Radiasi Non Pengion

Microwave

Medan Elektromagnetik

Berkurangnya jumlah sperma dan motiliti (sementara)

Berkurangnya jumlah sperma dan motiliti

Logam

Timbal, Merkuri, Cadmium, Boron

Perubahan morfologi, jumlah, motiliti sperma dan penurunan volume semen

Estrogen

Sintetis (Diethylstilbestrol)

Dietary (lignans, mycoestrogens, phytoestrogens)

Penurunan konsentrasi hormon,

Gynecomastia, penurunan libido, impotensi

Berkurangnya jumlah sperma

Pesticida

Dibromochlorpropane, Ethylene dibromide, Chlordecone

Perubahan morfologi sperma, penurunan jumlah sperma, impotensi, ketidakseimbangan hormonal

Pelarut

Karbon disulfide, Glycol

Perubahan morfologi sperma, penurunan jumlah sperma, impotensi, ketidakseimbangan hormonal

Tabel 2.2. Efek dari radiasi Pengion

Dosis

(cGy)

Efek yang timbul

Reversibility

15 – 20

Sedikit berpengaruh

-

20 – 50

Azoospermia (20-60%)

6 – 8 bulan

50 – 100

Azoospermia (50 – 80%)

8 – 14 bulan

100 – 200

Azoospermia (90 – 100%)

12 – 24 bulan

> 200

Azoospermia (100%)

>24 bulan

Kemungkinan efek toksin adalah menyebabkan kematian sel, kerusakan sel subletal atau perubahan genetis. Kematian sel epitelium dapat terjadi karena nekrosis atau apoptosis. Bukti terakhir menunjukan bahwa apoptosis adalah mekanisme mayor dari cara kerja toksin. Kerusakan sel induk non letal akan menyebabkan dua kemungkinan: diperbaiki atau dibiarkan memiliki efek yang permanen pada struktur atau fungsi dari spermatozoa, termasuk kemungkinan memiliki defek genetis.

Pajanan okupasi oleh steroid seperti estrogen dapat EXERT negative biofeedback pada sekresi FSH dan mengakibatkan berkurangnya produksi sperma, disfungsi seksual, gynecomastia dan hypogonadotropic hypogonadism dan berpotensial menjadi kanker testis. Pajanan pada masa prenatal oleh estrogen dapat berpotensi menghambat sekresi gonadotropin fetus dan menurunkan proliferasi sel sertoli. Beberapa componen diketahui memiliki aktivitas antiandrogen seperti 9,10 Dihydrophenanthrene, Linuron, Vincozolin, DDT/DDE dan Flutamide.

Pemajanan langsung pada testis dapat berpotensial memisahkan jenis-jenis sel testis dengan akibat akhir pada perubahan spermatogenesis. Belum ada toksin sel sertoli yang diketahui sampai saat ini. Radiasi pengion dan alkylating agents (seperti nitrogen mustard, vincristine, procarbazine, prednison) diketahui memiliki efek toksin pada sel induk manusia. Sel yang paling sensitif adalah sel spermatogonia. Bila spermatogonia A0 non proliferasi dirusak maka akan berujung pada kerusakan spermatogenia yang irreversibel, namun spermatogonia yang berproliferasi dapat digantikan oleh stem sel.

Meskipun mutasi menetap pada DNA sel induk dapat menjadi perubahan genetis sperma yang persisten, beberapa kerusakan kromosom tidak ditranslasi menjadi malformasi kongenital yang EXCESS atau karsinogen AMONG OFFSPRING OF MALE CANCER TREATMENT SURVIVORS.

Obat adrenolytic seperti guanethidine atau methoxamine bisa mengakibatkan stasis sperma di dalam epididimis. Gossipol mempengaruhi epitelium epididimis dan INTERFERE dengan eksresi getah epididimis.

Spermatogonia berproliferasi merupakan elemen yang paling sensitif. Kerusakan kromosom diobservasi dari sel induk yang bertahan pada radiasi.

Referensi:

  1. Enviromental and Occupational Hazards and Male infertility, http://www.uhmc. sunysb.edu/urology/male_infertility
  2. Occupational Exposures and Male Infertility, American Journal of Epidemiology, http://aje.oxfordjournals.org/cgi/content/full/162
  3. What are the Causes of Male Infertility, University of Maryland Medical Center, http://www.umm.edu/patiented/articles/what_cause_male_infertility
  4. Are we Infertile?, Unversity of Standford, http://www.stanford.edu/class/siw198q/website/reproduction
  5. http://www.mayoclinic.com/health/infertility/DS003
selengkapnya...

Infetilitas Pria Akibat Kerja

Sejalan dengan makin majunya peradaban manusia, maka semakin maju pula teknologi di dalam kehidupan manusia. Sejalan dengan kedua hal di atas maka berkembang juga penggunaan bahan-bahan baku untuk menunjang teknologi tersebut, yang tanpa disadari dapat berpengaruh pada status kesehatan manusia.

Perubahan akan disadari manusia bila secara kasat mata dapat dilihat atau dirasakan langsung baik oleh si penderita maupun oleh orang lain. Berbeda masalahnya bila kelainan yang terjadi baru dirasakan atau terlihat dalam tempo waktu yang lama. Hal ini terjadi pada pajanan terhadap sistem reproduksi, yang dapat membuat ketidaksuburan (infertil), yang baru menjadi masalah setelah berlangsung sekian lama.

Infertilitas akibat kerja adalah ketidakmampuan sepasang suami istri (pasutri) untuk mendapatkan keturunan setelah satu tahun menikah dengan hubungan seks yang normal dan tanpa alat kontrasepsi apapun atau enam bulan menikah bila usia istri sudah di atas 35 tahun.

Dari sebuah penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1995 (National Survey on Family Growth), kurang lebih 7,1% dari pasangan suami istri yang didata ternyata memenuhi batasan infertilitas di atas. Dari jumlah tersebut di atas, 40% kasus disebabkan karena gangguan infertil pada pria, 40% yang lain disebabkan gangguan pada wanita, sekitar 10% kasus kelainan mengenai kedua pasangan, sedang sisanya tidak diketahui penyebabnya.

Infertilitas menjangkiti satu dari 25 laki-laki di Amerika Serikat. Lebih dari 90% kasus dikarenakan rendahnya jumlah sperma, rendahnya kualitas sperma atau keduanya.

Dengan mengetahui jenis-jenis pajanan di lingkungan kerja, maka akan lebih mudah dalam menegakan diagnosis dan yang jauh lebih penting adalah agar dapat lebih mewaspadai risiko yang mungkin timbul.

selengkapnya...

Efek Karsinogenik Formaldehida pada pajanan kronik

In vitro, formaldehida dapat menginduksi mutasi gen dan penyimpangan kromosom pada sel mamalia dengan atau tanpa aktivasi metabolik eksterna. Ikatan silang DNA-protein (DNA Protein Crosslinks) adalah pemeriksaan yang sensitif untuk interaksi DNA dengan formaldehida

In vivo, Efek genotoksik yang terjadi setelah terpajan formaldehida muncul terbatas pada tempat terjadinya kontak langsung dan tidak ada efek yang timbul pada jaringan yang letaknya jauh dari tempat masuknya pajanan.. Hal ini sesuai dengan sifat formaldehida yang reaktivitasnya tinggi dan degradasi metabolik yang cukup cepat.

Meskipun efek jangka pendek akibat pajanan formaldehida cukup banyak diketahui, tidak banyak yang diketahui mengenai efek jangka panjang terhadap kesehatan akibat paparan formaldehida. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi ada stdi yang menunjukkkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.4

Pada tahun 1980, penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa pajanan formaldehida dapat menyebabkan kanker hidung pada tikus. Penemuan ini memunculkan pertanyaan apakah pajanan formaldehida dapat juga menyebabkan kanker pada pada manusia.

Pada tahun 1987, US Environmental Protection Agency (EPA) mengklasifikasikan formaldehida sebagai probable human carcinogenic pada kondisi pajanan dengan kadar yang tinggi atau dalam waktu yang lama. Sejak saat itu, beberapa penelitian pada pekerja industri menganggap bahwa pajanan formaldehida dihubungkan dengan kanker hidung dan kanker nasofaring dan kemungkinan dengan leukemia.

Pada tahun 1995, International Agency for Research on Cancer (IARC) menyimpulkan bahwa formaldehida termasuk dalam golongan probable human carcinogen (golongan 2 b). Akan tetapi, pada reevaluasi dari data yang ada pada bulan Juni 2004, IARC melakukan reklasifikasi formaldehida sebagai karsinogenik pada manusia dan masuk golongan 2a. 7,[i]



[i]. http://www.cpsc.gov. Formaldehyde and Cancer: Questions and Answers

selengkapnya...

Sifat Kimia Formaldehida

Nama Kimia (IUPAC)

Methanal

Nomor Register

CAS number: 50-00-0

Nama Lain

Formaldehyde solution

Formaldehyde gas

Formalin

Formalith

Formol

Formic aldehyde

Methaldehyde

Methylene oxide

Oximethylene

Rumus Molekul

CH2O

Formula Struktural

H

|

C = O

|

H

Berat Molekul

30.03

Sifat Fisika

Formaldehida mempunya densitas 1 g/m3 dan fase gas. Kelarutan dalam air > 100 g/100 ml (20˚ C), dalam etanol, aseton, DMSO > 100 g/100ml, larut dalam eter, benzena dan pelarut organik, tidak larut dalam kloroform.

Titik leleh - 117˚ C (156 K), titik didik – 19,3˚ C (253,9 K) .

Bentuk molekul trigonal planar, bahaya utama toksik, mudah terbakar.

Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal) merupakan senyawa aldehida dengan rantai karbon tunggal yang mempunyai peran dalam metabolisme rantai karbon tunggal. Formaldehida pada suhu ruangan berbentuk gas, tidak berwarna.

Formaldehida awalnya disintesa oleh kimiawan Rusia Alexander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.

Formaldehid bersifat oksidasi kuat pada asam&basa, phenol dan urea.[i] Senyawa-senyawa kimia yang berkaitan antara lain adalah asetaldehida, benzaldehida, keton, asam karboksilat.

Formaldehida bersifat sangat reaktif. Baru-baru ini formaldehid dianggap berperan penting pada siklus methlglyoxal yang terbentuk dari glyseraldehydes-3-phosphate.[ii] Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa, formaldehid bisa mengalami reaksi Cannizaro menghasilkan asam format dan metanol.

Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksan atau polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau udara dingin.

Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.2

Formaldehida secara kimiawi bereaksi dengan molekul-molekul biologis seperti asam amino, nukleosida, nukleotida, DNA, Protein dan membentuk ikatan DNA-protein. Formaldehid juga dikenal sebagai mutagen dan karsinogen

Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37 % menggunakan merk dagang formalin atau formol). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.



[i]. NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazard. Formaldehyde. September 2005

[ii]. US Department of Health & Human Services. Brief Toxicology of Formaldehyde

selengkapnya...

Formaldehida di kehidupan sehari-hari

Formaldehida merupakan zat kimia yang banyak digunakan baik untuk industri dan juga dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita mungkin lebih mengenal nama formalin.

Formalin saat ini sedang menjadi isu yang sangat hangat belakangan ini di media massa. Formalin biasanya digunakan untuk pengawet mayat, dan penggunaannya untuk bahan makanan membuat resah masyarakat.. Bagaimana tidak, dalam keseharian, hidup kita tidak lepas dari makanan seperti tahu, ikan, bakso, mie yang diisukan mengandung formalin dalam kadar yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan seperti ikan asin, mi basah, dan tahu yang memakai formalin sebagai pengawet. Produk pangan berformalin itu dijual di sejumlah pasar dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, dan Bekasi. Adanya bahan aditif dan pengawet berbahaya dalam makanan ini sebenarnya sudah lama menjadi rahasia umum. Tetapi masalah klasik tersebut kembali menjadi pembicaraan hangat akhir tahun ini karena temuan Balai POM. Fakta ini lebih menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat bahaya formalin yang mengancam kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari.[i]

Formalin sebenarnya termasuk bahan kimia yang dilarang penggunaannya pada produk pangan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 dan Peraturan Menkes No. 1168/1999.. Namun tata niaga formalin yang diduga tidak terorganisir dengan baik dan disalah gunakan, makanya peredaran bahan kimia ini menjadi tidak terkendali.1

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dengan kadar antara 10-40 % umumnya sekitar 37 % dan ditambahkan sekitar 10-15 % methanol untuk membatasi polimerisasi dari formaldehid.

Sebenarnya kegunaan dari formaldehid ini cukup banyak dalam sektor kesehatan dan sektor industri. Dalam sektor kesehatan formaldehid antara lain digunakan sebagai pengawet mayat, desinfektan dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, sebagai pengawet dalam vaksinasi, untuk mengangkat kutil.1,[ii] Dalam sektor industri formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Kalau digabungkan dengan fenol, urea atau melamin, formaldehid menghasilkan resin termoset yang kerjas dan dipakai untuk lem permanen untuk kayu lapis/tripleks atau karpet.

Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan, karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat.Yaitu karena daya anti-bakteri nya, formalin digunakan untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan, tahu, mie dan lain lainnya.. Berbagai usaha dilakukan untuk membuat produk dagangan mereka tahan lama dengan maksud mengeruk untung dengan mengurangi kerugian sebesar besarnya. Padahal seperti halnya bahan kimia lain ia dapat menyebabkan efek samping yang buruk bagi kesehatan manusia antara lain karena formaldehida bersifat possible carcinogenic pada manusia

From: Dewi Friska

[i]. Buletin CP Service. Formalin bukan formalitas.. Nomor 73/Tahun VII. Jan 2008

selengkapnya...

Mekanisme toksisitas timbal pada pekerja (part.4/selesai)

Toksisitas timbal pada multisistem terbagi pada beberapa spectrum berdasarkan temuan klinis mulai dari ada gejala, intoksikasi yang mengancam jiwa, efek subklinis.

1. Intoksikasi akut sejumlah besar timbal dapat menyebabkan nyeri abdomen, anemia yang biasanya hemolitik, hepatitis toksik dan encephalopathy.

2. Paparan kronis atau subakut lebih sering daripada akut. Terdiri dari:

· Efek konstitusional

Efek konstitusional meliputi fatigue, malaise, iritabilitas, anoreksia, insomnia, penurunan berat badan, penurunan libido, atralgia dan myalgia. Hipertensi berhubungan dengan paparan timbal pada populasi yang rentan.

· Efek gastrointestinal

Efek gastrointestinal meliputi nyeri kram abdomen (kolik timbal), nausea, konstipasi dan diare tetapi jarang.

· Manifestasi pada susunan syaraf pusat

Dapat berupa gangguan konsentrasi, sakit kepala, gangguan koordinasi visual-motor dan tremor sampai encephalopathy yang nyata (merupakan kedaruratan yang mengancam nyawa dengan karakteristik agitasi delirium atau letargi, ataxia, konvulsi dan koma). Paparan kronis dalam dosis rendah pada bayi dan anak-anak dapat menyebabkan penurunan inteligensi dan gangguan perkembangan neurobehavioral, gangguan pertumbuhan dan gangguan pendengaran. Studi yang pernah dilakukan pada orang dewasa menyatakan bahwa timbal dapat memperberat penurunan fungsi kognitif pada orang tua.

· Neuropaty motor perifer

Terutama mempengaruhi ekstremitas atas, dapat menyebabkan kelemhan otot ekstensor berat (wrist drop).

· Efek hematology

Efek hematology berupa anemia normokrom mikrositer yang biasanya ditemukan basophilic stippling. Hemolisis dapat terjadi setelah paparan akut atau subakut dengan dosis tinggi.

· Efek nefrotoksik

Efek nefrotoksik berupa disfungsi tubuler akut reversible (meliputi Fanconi-like aminociduria pada anak-anak) dan fibrosis interstitial kronis. Hiperurisemia dan gout juga dapat terjadi.

· Efek pada sistem reproduksi

Efek pada sistem reproduksi dapat berupa gangguan produksi sperma, peningkatan resiko keguguran, kehamilan preterm, penurunan umur gestasi, berat lahir rendah dan gangguan perkembangan neurologi.

· Kulit

Absorbsi dermis lebih minimal pada timbal inorganic namun dapat lebih berarti pada ikatan Timbal organik yang dapat menimbulkan iritasi kulit.

3. Paparan berulang melalui inhalasi bensin yang mengandung timbal menyebabkan ataxia, mioklonik jerking, hiperefleksia, delirium dan konvulsi.

Timbal sama seperti logam berat pada umumnya merupakan zat toksik yang menimbukan efek patologis pada berbagai organ. Pada tahap biomolekuler, fungsi timbal terdapat pada tiga jalur:

1. Afinitasnya terhadap electron-donor ligand, terutama grup sulfhydryl, menyebabkan gangguan beberapa enzim, reseptor dan protein.

2. Timbal secara kimia mirip dengan kalsium dan mempengaruhi beberapa jalur metabolik, terutama di mitokondria dan pada system transport sekunder dalam metabolisme energi seluler. Timbal dapat berfungsi sebagai inhibitor atau agonis pada calcium-dependent process. Sebagai contoh, timbal menghambat neuronal voltage-sensitive calsium channel dan loncatan Na+-K+-ATPase pada membran tapi mengaktivasi calcium-dependent protein kinase C.

3. Timbal merangsang efek mutagenik dan mitogenik melalui penelitian pada sel mamalia secara invitro dan karsinogenik pada tikus dan mencit. Penelitian karsinogenisitas timbal pada manusia masih kurang. Genetic polymorphism dapat dialami oleh individu yang kemungkinan disebabkan oleh timbal. Penelitian sebelumnya menyatakan hal ini terjadi paling sedikit pada dua gen dengan kode δ-aminolevulinic acid dehydratase dan reseptor vitamin D.

Referensi :

  1. Olson,KR. Poisoning and Drug Overdose, fifth edition, Mc Graw Hill San Fransisco. 2007.
  2. Frank, G. Toxicologi Emergencies, seventh edition, Mc Graw Hill, San Fransisco. 2002.
  3. Anonim. Toxicological profile: Lead. http://www.atsdr.cdc.gov/
  4. Anonim: Lead. http://www.epa.gov/
  5. Anonim: Lead (Pb) and Water. http://www.lenntech.com/
  6. Anonim: Periodic Table of Elements: Lead-Pb. http://environmentalchemistry.com/
selengkapnya...

Kamis, 09 April 2009

toksisitas timbal pada pekerja (part 3)

Toksisitas timbal pada berbagai organ diperantarai melalui beberapa mekanisme meliputi inaktivasi enzim dan makromolekul lain melalui ikatan dengan sulfhidril, phosphate dan carboxyl dan interaksi dengan kation, terutama kalsium, zinc dan besi. Proses patologis dapat terjadi di membran sel dan mitokondria, fungsi dan sintesis neurotransmitter, sintesis heme, status redox selular dan metabolisme nukleotida. Efek buruk dapat timbul pada syaraf, ginjal, saluran cerna, hematopoesis, reproduksi dan system kardiovaskular.

Penyerapan Timbal dapat melalui inhalasi debu timbal atau benda berbahan timbal lainnya. Partikel yang mudah larut menyebabkan absorbsi di paru berlangsung cepat dan luas. Paparan inhalasi umumnya terjadi pada kawasan industri. Paparan pada daerah non-industri terjadi terutama melalui pencernaan, terutama pada anak-anak yang mengabsorbsi 45-50% timbal larut dibandingkan pada orang dewasa yang hanya sekitar 10-15%.

Partikel yang diabsorbsi secara inhalasi dengan ukuran <0,5-1>

Absorpsi secara gastrointestinal kurang efisien dibandingkan absorpsi secara pulmonal. Absorpsi pada orang dewasa diperkirakan 10-15% dari makanan yang mengandung timbal yang dicerna, dan anak-anak memiliki absorpsi gastro-intestinal yang lebih besar sekitar 40-50%. Absorpsi timbal pada gastrointestinal meningkat pada saat puasa dan diet kurang besi, kalsium dan zinc.

Absorpsi timbal inorganik pada kulit sangat sedikit, suatu penelitian rata-rata absorpsi melalui kulit sekitar 0,06%. Timbal alkyl yang diabsorpsi dapat menimbulkan efek toksikogenik.

Setelah diabsorbsi, timbal didistribusikan melalui darah (99% di eritrosit) kemudian menuju jaringan lunak, meliputi transport transplasenta pada fetus, transport ke susunan syaraf pusat dengan melewati sawar otak. Transfer timbal transplacenta pada paparan bayi dan neonatus, yang sedang dilakukan penelitiannya pada beberapa tahun terakhir. Timbal dapat melewati barier transplacental menuju janin dan timbal itu bersifat kumulatif sampai lahirnya bayi tersebut.

Dari darah, timbal didistribusikan menuju jaringan lunak dan kompartemen tulang. Saat ini, ada dua kompartemen tulang yang teridentifikasi, yaitu bagian trabekula tulang yang labil dan bagian korteks yang stabil. Pada orang dewasa sekitar 95% beban timbal dalam tubuh disimpan dalam tulang, sedangkan pada anak-anak hanya 70%. Pada jaringan lunak biasanya timbal tertimbun pada ginjal, hepar, sumsum tulang dan otak.

Lebih dari 95% beban timbal pada orang dewasa dan lebih dari dua pertiga beban timbal pada anak-anak tertimbun di tulang. Distribusi lambat dari tulang menuju jaringan lunak dapat meningkatkan konsentrasi timbal darah dalam waktu satu bulan sampai satu tahun setelah pasien dengan paparan kronis dalam dosis tinggi dijauhkan dari sumber paparan. Pada pasien dengan beban timbal pada tulang yang tinggi, status patologis berhubungan dengan kecepatan turnover atau demineralisasi tulang, seperti pada hipertiroid dan osteoporosis immobile.

Penyerapan timbal pada jaringan lunak tergantung pada beberapa faktor, seperti kadar timbal dalam darah, faktor paparan lingkunngan dan kinetik jaringan lunak. Umumnya jumlah timbal pada jaringan pada populasi tanpa paparan yang berlebihan rata-rata 200-500 ppb, meningkat pada paparan yang berlebihan dan dapat menyebabkan toksisitas yang nyata.

Timbal pada susunan saraf pusat merupakan penyebab gejala toksikologis yang sangat penting. Timbal pada SSP berkonsentrasi pada gray matter dan nucleus centralis. Sedangkan konsentrasi tertinggi pada otak ditemukan pada hippocampus, cerebellum, korteks serebri dan medulla.

Akumulasi pada tulang terjadi seumur hidup, penyimpanan pada bagian tulang terjadi dimulai sejak in-uteri dan bertambah pada setiap paparan, jadi tidak ada ambang batas pada penyerapan timbal pada tulang. Total akumulasi dalam tubuh berkisar dari 200-500 mg pada pekerja dengan paparan lingkungan kerja yang berat. Timbal juga dapat terakumulasi pada gigi di lapisan dentin.

Senyawa timbal alkyl mempunyai karakteristik yang kurang baik. Timbal tetraethyl larut dalam lemak, cepat diabsorpsi melalui kontak kulit dan didistribusikan secara luas melalui jaringan yang lipofilik, termasuk otak. Timbal tetraethyl dimetabolisme menjadi trietyl yang merupakan senyawa toksik utama. Timbal alkyl dilepaskan perlahan-lahan sebagai mana bentuk inorganik.

Klirens timbal dari tubuh melewati model kinetik multikompartemen terdiri dari kompartemen cepat pada darah dan jaringan lunak (waktu paruh satu sampai dua bulan) dan kompartemen lambat pada tulang (waktu paruh satu tahun sampai sepuluh tahun).

Sekitar 65% ekskresi Timbal terjadi melalui urin dan sejumlah kecil dieliminasi melalui feses serta sedikit melalui rambut, kuku dan keringat.

Ekskresi timbal terutama pada urine sekitar 65% dan 35% melalui kandung empedu, diperkirakan waktu paruh pada darah 25 hari di orang dewasa, dan pada darah anak-anak 10 bulan, pada jaringan lunak orang dewasa 40 hari, pada tulang trabekula 90 hari, pada tulang bagian korteks 10-20 tahun.

selengkapnya...